Satu dua tiga dan enam
Enam dan satu jadi tujuh
Buah delima yang di tanam
Buah berangan hanya tumbuh
Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun kekali
Dari mana turunnya cinta
Dari mata turun ke hati
Dari mana punai melayang
Dari kayu turun ke padi
Dari mana kasih sayang
Dari mata turun ke hati
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam siriang riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembanyang
Banyak hari berbilang hari
Tidak sebaik hari jumat
Banyak nabi berbilang nabi
Tidak sebaik nabi Muhammad
Banyak bulan berbilang bulan
Tidak sebaik bulan puasa
Banyak tuan berbilang tuan
Tidak sebaik tuhan yang kuasa
Pulau pandan jauh di tengah
Di balik pulau angsa dua
Hancur badan di kandung tanah
Budi baik di kenang jua
Berakit rakit kehulu
Berenangan renang ketepian
Bersakit sakit dahulu
Bersenang senang kemudian
Anak ikan di makan ikan
Ikan tengiri di dalam laut
Sanak buakan saudara bukan
Hanya budi bersangkut paut
Anak ikan di makan ikan
Iakn di laut beduri duri
Sanak bukan saudara bukan
Besangkut paut hanyalah budi
Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Boleh kita berjumpa lagi
Hari ini menanam serai
Esok lusa menanam tebu
Hari ini kita bercerai
Esok lusa kita bertemu
Elok elok menyebrang
Jangan sampai titian patah
Elok elok di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Jalan jalan ke kota paris
Banyak gedung berbaris baris
Biar mati di ujung keris
Asal dapat si hitam manis
Aku
Kalau sampai waktuku
“ku mau tak seorang
‘kan merayu”
Tidak juga kau
Tak pernah sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus
kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bias kubawa berlari
Berlari
Hingga ilang pedih perih
Dan aku lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Deru campur debu
khairilanwar)
Sebab apa bianasa pandan
Karena tumbuh didekat padi
Sebab apa binasa badan
Karena hidup tidak berbudi
PANTUN ANAK NEGERI INDONESIA
PANTUN ANAK ANAK
PANTUN BERSUKA CITA
Elok rupanya kembang jati
Di bawa itik pulang petang
Tidak di kata senang hati
Melihat ibuku sudah dating
Dibawah
itik pulang petang
Merpati
siburung dara
Melihat
ibu sudah datang
Hati
cemas menjadi suka
Merpati si burung dara
Mati seekor dalam keranjang
Hati cemas jadi gembira
Perut lapar jadi kenyang
Dang
dut
Tali kecapi
Kenyang perut
Senang hati
Tepuk ambay ambay
Kemenyan ruku ruku
Bertepuk adiku pandai
Di upah air susu
Panjang
benar tali buaian
Boleh
di jalin orang sumba
Panjang
benar jenggot tuan
Boleh
di buat tali timba
Kucing belang beranak belang
Berguling guling di atas nyiru
Orang tua mencuri lemang
Luka bibirnya kena sembilu
Dalam laut dapat di ajuk
Di ajuk anak dari seberang
Pandai sungguh tuan
membujuk
Hati sedih menjadi girang
Maulah
kami hendak melapun
Melapun
ikan dalam kuala
Maulah
kami hendak berpantun
Pantun
sebuah hilang puala
Buah ara batang di bantun
Di bantun orang dengan parang
Wahai saudara dengarlah pantun
Pantun tidak mengata orang
Juragan
bernama sultan tahir
Menjual
beras dengan pulut
Semenjak
adikku lahir
Telah
ada kawan bergelut
Ramai orang bersorak sorak
Menabuh gendang dengan rebana
Alangkah besarnya hati awak
Mendapat baju dengan celana
Berlayar kapal di selat malaka
Di ujung dermaga melega sauh
Kami berpantun bersuka suka
Untuk menghibur hati yang rusuh
PANTUN ANAK ANAK
PANTUN BERSUKA CITA PANTUN
PANTUN TIMANG TIMANG
Timang lada lada
Lada penggulai belut
Sejak si bunyaung ada
Sudah ada temanbergelut
Timang
lada lada
Lada
di beli lempau
Sejak
si upik ada
Sudah adah ada
teman bergurau
Timang lada lada
Lada bungkus di kain
Sejak si bunyung ada
Telah ada teman bermain
Tepuk
ami ami
Belalang
kupu kupu
Besar
makan nasi
Kecil minum susu
Tepuk amabai amabai
Belalang kupu kupu
Tepuk adik pandai
Di upah air susu
Tepuk
ambai ambai
Belalang rama
rama
Tepuk adik
pandai
Di upah tanduk
kuda
Tepuk ami ami
Belalang kupu kupu
Besar makan nasi
Malam minum susu
Tepuk
amabai ambai
Belalang
atas tudung
Bertepuk
adik pandai
Di
upah susu andung
Mbil fiat mobil mengkilap
Hendak menuju pendakian
Anak kandung tidurlah lelap
Ibulah penat mendengdangkan
Bawa
burung ketengah pasar
Burung
nuri dan burung balam
Anak
kandung cepatlah besar
Boleh
membangkit batang terendam
Bawa burung ke tengah pasar
Anak dara duduk bersanding
Anak kandung cepatlah besar
Boleh tempat lawan berunding
Bawa
burung ketengah pasar
Burung di tengger ditengah jendela
Anak
kandung cepatlah besar
Boleh
membela ibu dan janda
Ikan beranak si nangis pula
Bersarang di balik batu
Jangan anak menangais jua
Bertambah rusuh hati ibu
Berbuai
anak berbuai
Berbuai
pincingkan mata
Kalau
dapat teman sesuai
Jangan
lupa teman nan lama
Berbuai anak berbuai
Berbuai dalam buaian
Kalau dapat teman sesuai
Teman lama lupakan jangan
Jangan
menagis duduk di pintu
Bapak
datang membawa pisang
` waktu
kecil di gendong ibu
Sudah
besar jalan seorang
Jangan menagis duduk di pintu
Bapak datang membawa pisang
`waktu kecil di gendong ibu
Sudah besar duduk seorang
Jangan
menagis duduk di pintu
Bapak datang
membawa pisang
` waktu
kecil di gendong ibu
Sudah besar
carikan seorang
Orang menanam jagung gerai
Jagung di tanam jgung jambak
Elok elok laku perangai
Biar sayang orang ke awak
PANTUN ANAK
ANAK
PANTUN
BERDUKA CITA
Singkarak kotanya tinggi
Sumanik mendapat dulang
Awan berarak kami tangisi
Karena bapak tak pulang pulang
Lurus
jalan ke payah kumbuh
Kayau
jadi bertimal jalan
Di
mana hati tidak akan rusuh
Ibu
mati bapak berjalan
Si nangis lauk rang tiku
Di atur dengan duri pandan
Menangis tegak di pintu
Melepas bapak berjalan
Tanam
byam sambil duduk
Tumbuh
subur di tepi paya
Lihatlah
ayam tak berinduk
Begitu
macam nasib saya
Beringin di tepi kolam
Tampak nan dari rumah bola
Nasi dingin air bemalam
Itu makanan anak sekolah
Apa
disesalkan pada tudung
Tudung
buatan orang bantan
Apa
disesalkan pada untung
Sudah
takdir suratan badan
Tudung nasiku rotan beranyam
Tidak rotan bilah patahkan
Untung diriku bagaikan anyam
Tidak mengekas tidak makan
Berlayar
kapal nan tenang
Menjala
ikan di laut mati
Tempat
trtarung lagi ku kenang
Konon
pula pautan hati
Ayam betina jangan di sabung
Kalau di sabung rendah laganya
Putus benang bisa di sambung
Putus cinta apalah daya
Ramai
pasarnya padang gadut
` orang
menjual kue talam
Kami
ibarat limau hanyut
Belum
tentu tempat diam
Si keduduk dengung berdengung
Mati serumpun di tepi rimba
Jangan suka duduk bemenung
Bila bermenung mati kan iba
Si
keduduk dengung berdengung
Mati
serumpun di atas peti
Jangan
turutkan hati nan bingung
Jika
turutkan meracun hati
Teluk banyur labuhan kapal
Belanda turun dengan sekeci
Bunga layu kebunlah tinggal
Dimana kumbang kan hinggap lagi
Anak
orang kuala tungkal
Anak belanda
pegi sekolah
Bunga layu
kebunlah tinggal
Di mana kumbang
kan sudih singgah
Di sangka nanas di tengah padang
Kiranya rumput jawi jawi
Di sangka panas hingga petang
Kiranya hujan tengaah hari
Keratau
di sangka medag
Berbunga
di pagi hari
Merantau
hatinya senang
Kiranya
susah badan diri
Air angkat dan kota baru
Tiga dengan kota lawas
Dalam daerah daerah padang
panjang
Kini baru saya tau
Bagai ayamku lepas
Kukuruyuk di kandang orang
Anak
orang lubuk along
Menanam ubu
berparit parit
Ubi di simpan di dalam peti
Susah susah hati
dan jantung
Kalau dapat
jenjang ke langit
Tidak ku huni
dunia ini
Lepas dari belok si kabu
Dilingkung bukit singgalang
Balingka desanya tiga
Berbatu besar di sebelah
Bersabarlah
bunda dahulu
Ada
teringat mak pulang
Hendak
bersua ayah dan bunda
Tapi
sekaarang lagi susah
Hari petang matahari turun
Duduk bermeneung di muara
Kiambang di sangka gurun
Tempat lululah kiranya
Padi
di lubuk orang tanam
Padi
serumpun dengan pulut
Mandi
di lubuk aku tak karam
Mandi
di gurun malam hanyut
Mandi di lubuk mandalian
Udang di sangka tali tali
Mabuk untung perasaian
Petang di sangka pagi hari
Tidak
di sangka riga riga
Pipit
sinandung makan padi
Tidak
di sangka nasib hamba
Pisau
di kandung melukai
Orang padang mandi ke gurun
Mandi bergosok bunga lada
Hari petang matahari turun
Dagang berurai air mata
Cempedak di atas peti
Di jual anak tanjung berandan
Tidak terkata
kesal di hati
Awak dating
orang berjalan
Singkarak kotanya tinggi
Sumanik mendadap dulang
Awan berarak di tangisi
Badan jauh di rantau orang
Asam
pauh dari seberang
Tumbuh
dekat tapi tebat
Badan
jauh di rantau orang
Sakit
tiada orang mengobat
Lurus jalan ke paya kumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak akan rusuh
Ibu mati bapak berjalan
Lurus
jalan ke paya kumbuh
Berbelok
jalan ke tanah lapang
Di
man ahati tak akan rusuh
Awak
berdua tinggal seorang
PANTUN ANAK
ANAK
PANTUN
JENAKA
Cabut rumput
Dengan akarnya
Mau di sebut
Lupa namanya
Ikan
gabus jangan di panggang
Kalau
di panggang banyak peganya
Orang
bagus jangan di pandang
Kalau
di pandang banyak lagaknya
Dang dut
Tali kecapi
Kenyang perut
Senang hati
Oto
atak
Roda
tiga
Nasi
masak
Kakanda
tiba
Dari man punai melanyang
Dari meja turun keserbet
Dari mana turun kasih sayang
Dari mata turun ke dompet
Si
buyung anak si Guntur
Keruk
keruk di halamannaya
Si
bunyung untungnya mujur
Induk
beruk tunangannya
Encik mamat menuai padi
Padi di jemur di tanah lapang
Melihat tikus membawa lidi
Kucing lari tunggang langgang
Ikan serinding
menyerinding
Meskipun tulang
enak juga
Baik berbini
orang sumbing
Meskipun berang
tetawa juga
Tumbuh keliki di tepi tebing
Rebah di bawah tebing runtuh
Sungguh baik berbini sumbing
Tidak pernah berhati rusuh
Anak orang
dibalai balai
Nan berteduh di
simpang empat
Elang dan si kok
yang mengintai
Si kikik bodoh
yang mendapat
Tidak pelang dari selawak
Pelan nan dari tanah siam
Tidak orang se elok awak
Lonjak bagai labu di benam
Tidak pelang
dari selawak
Beli burung di
pasar senggol
Tidak orang
seelok awak
Bagai kambing
harga berbengkok
Orang batak berjalan malam
Orang menjual lada muda
Banyak lah ulah dengan ragam
Bak orang tua berbini muda
Orang jawa pergi
ke banda
Kapal bersandar
di teluk nimbung
Orang tua
berbini muda
Bagai rasa
menang menyambung
Bintang kejora terbit senja
Terbenam hamper tengah malam
Heranlah hamba memikirkannya
Musang di sepak induk ayam
Tanah liat
berkepiat
Di timpa tanah
berderai
Belum dilihat
sudah di lihat
Tikusmenjadi
mempelai
Tanam kunyit dengan empunya
Orang sintuk menanam banyam
Heranlah saya melihatnya
Elang di patuk anak ayam
Berbiduk
kebandar padang
Penuh berisi
padang buluh
Duduk melamun
bagai elang
Menanti sayan
nan akan tumbuh
Berlayar biduk kehulu
Anak cina menjual kain
Ketika sama berbulu
Baunya belain lain
Beruk di pohon
sedang mencibir
Melihat mangga
muda muda
Bingunglah rasa
tak habis piker
Melihat perjaka berbini janda
Si buyung anak rang langkat
Pandai memutar baling baling
Belum di lihat sudah di lihat
Tikus menunggang punggung kucing
Makan
sirih ujung ujungnya
Sirih
di makan dalam bilik
Heranlah
saya melihatnya
Melihat
ayam beranak itik
Rumah gedang tengkarang kasau
Ramuan di rimba jua
Mati gajah di telan patau
Namun pantun segitu jua
Pohon
manggis di tepi rawa
Tempat
kakek tidur beradu
Sedang
nangis nenk tertawa
Melihat kakek
bermain gundu
Elok jalannya ke kota tua
Timbale jalan berbatang rapat
Apa salahnya berbini tua
Perut kenyang pengajaran dapat
Elok
jalannya ke kota tua
Pohonnya
rindang boleh berteduh
Apa
salahnya berbini tua
Anak
tiri boleh di suruh
Buah pisang buah belimbing
Ketiga dengan buah mangga
Sungguh senang berbini sumbing
Sambil marah dia tertawa
Pohon
manggis pohon embabacang
Ketiga
dengan pohon lulita
Duduk
menangis abang pincang
Katanya
jalan tidak rata
Tanam jerangau di bukit tinggi
Mati di pijak anak badak
Melihat sang bangau sakit gigi
Gelak tawa penghulu katak
Bergerak gerak
sangkutan dacing
Bagaikan putus
di himpit lumping
Bergerak gerak
kumis kucing
Melihat tikus
bawa senapan
Mendaki jalan ke air haji
Menuntun jalan ke sunganyang
Sejak tikus menjadi haji
Banyak kucing nan sembahyang
Jual bayam
pembeli kipas
Kipas hilang
atas perangkap
Sejak banyam
menjadi opas
Banyaklah elang
nan tertangkap
Anak kerbau di rumpun salak
Patah tanduknya di timpa gempa
Rebut kerbau tergelak gelak
Melihat beruk berkaca mata
Batang manggis
dan batang jarak
Di Tanami oleh
anak seberang
Si jibun mencuri
kerak
Hitam hidungnya
kena arang
Hilir lorong jalan ke kota
Lebat buahnya pohon enau
Bukan saya berkata dusta
Kodok memikul kaki kerbau
Telah
balik kereta dari bangil
Sarat
muatan orang ingris
Nan
buaya menyandang bedil
Kambing
dan kerbau tegak berbaris
Jemur berangan dengan kulitnya
Jemur juga batang lembanyung
Hari hujan sangat lebatnya
Lalu si pander menggapit panyung
Biduk
buluh membuat tulang
Anak
ayam pulang berbaris
Duduk
rusuh panglima elang
Melihat
ayam memakai keris
PANTUN ORANG
MUDA
PANTUN
DAGANG (PANTUN NASIB)
Kalau begini tarah papan
Kebarat juga jadi condongan
Kalau begini nasib badan
Melarat juga akan jadinya
Menumbuk
di lesung batu
Menampi diatas paran
Apa
kan tenggang yatim piatu
Baju
satu kering di badan
Pasar mapun bertindi batu
Tampak dari ampang gedang
Kami sepantun air didih
Nasi mask badan terbuang
Manijau
padi ‘lah masak
Batang
kapas bertimbal jalan
Hati
risau di bawa gelak
Bagai
panas mengandung hujan
Kalau nak tau di rumah raja
Lihatlah pandan yang berduri
Kalau nak tau di untung hamba
Dapat petang habis pagi
Anak
orang kota merapak
Bersunting
bunga durian
Anak
dagang kemari tampak
Membawa
untung dengan bagian
Bukit putus rimba keluang
Di rending kopi di hangusi
Hokum putus badan terbuang
Di pandang kampong di tangisi
Sudah
ku Tanya ke tukang tenung
Bagai
kelapa di girik tupai
Maksud
hati memeluk gunung
Apa
daya tangan tak sampai
Kalau ‘nak tau di rumpun padi
Kepanti jalan ke cubadak
Kalau nak tau di untung kami
Lihat apai makan dedak
Liat
sungguh getah amblau
Tidak
getah sembarang getah
Niat
hati memandang pulau
Sampan
ada pedayung patah
Wangai daunnya ruku ruku
Untuk menggulai ikan belalang
Sungguh malang nadib diriku
Ayam terpaut di sambar elang
Batu
pu alam di pulau nusa
Tak boleh di kerat
kerat
Karam dilaut sudah
biasa
Yang susah karam
di darat
Berlayar ke pulau pinang
Sarat muatan buah ketaya
Karam di laut dapat kurenang
Karam di hati apa kan daya
Ada ku timba
Bandar padang
Biluluuk juga yang
tertimba
Ada yang ku cinta
yang di orang
Yang bururk juga
yang tersua
Yang masak buahnya jarang
Jagung muda di kerati
Yang pergi hatinya senang
Kami yang tinggal briba hati
Jernih airnya
sungai tenang
Tepian mandi ‘rang
bukit tinggi
Tuan kandung
terbakar senang
Bawalah tumpang badan kami
Jarangjrang tanaman jagung
Biar dapat puyuh berlari
Kadang kadang ku jelang kampong
Begitu sayngnya kenegri
Hari rabu pukul satu
Orang menembak
anak tupai
Ada celana tak
berbaju
Tak dapat menempuh
gelanggang ramai
Suranti teluknya dalam
Batang kapas lubuk tempurung
Kami ini umpama balam
Mata lepas badan terkurung
Malang nasib pelita redup
Pelita nyala hari’lah siang
Hidup menyala di atas peti
Rintang menghitung sakit hidup
Lelap selayng hari siang
Di peluk bantal di tangisi
Di atas tuba ‘rang pecah
Di bawah tikam’ lah mati
Di tengah jala bertega
Lari benar keliang bencah
Bersilang buih dengan penggali
Begitu nasib dagang sengsara
Orang sarit
berbaju jemih
Pergi bedagang
kepadang luar
Sungguh sulit
berayam putih
Kalau tak si kok elang menyambar
Orang kapau pegi ke lading
Serupa kodek dengan bajunya
Sungguh buruk lakunya elang
Ayar terpaut di sambarnya
Kepekan bulan
puasa
Membeli kain untuk
basahan
Nasib hamba tidak
berbangsa
Sama dengan budak
belian
Rumah besar di pariaman
Rumah si upik yang di ranah
Dari pada malu di tanggungkan
Baik mati berkalang tanah
Anak mandi bapak menyauk
Hendak mandi
berbasah basah
Mandi di sumur
‘rang kota tua
Anak mati bapak
mengamuk
Hendak bersama
berkalang tanah
Hendak sekubur
badan berdua
Kehilir ke kuaraitaji
Ke pecan menjual pandan
Pergi kepekan berdua dua
Kalau adik ingkar ‘kan janji
Sudah menjadi sumpah badan
Mati sekubur kita berdua
Bagus coraknya
kain batik
Di pakai anak
padang mengatas
Kami sepantun
telur itik
Kasihan ayam maka
menetas
Bunga layu balik berkembang
Untuk penghias pelaminan
Bagi yang kaya duania berkembang
Simiskin tinggal dengan janjian
Di bujuk saya
dengan pisang
Pisang tembatu
rasanya manis
Pandai benar saya
ter tengngang
Mulut gelak mati
menangis
Kubu kerambil namanya negeri
Di situ haram orang cina
Orang berdusun bernegeri
Kamilah nyata dagang hina
Besar air di
batang arau
Pasangnya sampai
ketepian
‘lah di mabuk
janji terlampau
Badan jua yang
menanggungkan
Rumah sekolah panjang sbelas
Dalam daerah bukit tinggi
Sesaat menjemur hampa beras
Tiba di lesung di tangisi
Ini indang ‘rang
paya kumbuh
Lagu anak ‘rang
muda muda
Sudah pantas
hatiku rusuh
Mengenang untung malang saja
Berambung orang di atas pelang
Tampak dari labuh silang
Awak miskin belanja kurang
Tak terlawan dunia orang
Tinggilah gunung
di singgalang
Orang bertanam
jagung gerai
Kalau bukan sama
sama malang
Belum patut badan
bercerai
Sepanjang kain dengan kebaya
Sama tersangkut kedaian
Kalau bukan sama sam malang
Sama di lamun peruntungan
Si tujuh bandarnya
dalam
Sekebun pinang
kebunnya
Tatkala kasih
mendalam
Sama melarat asal
mulanya
Pecah cawan di timpa palu
Palu buatan negeri cina
Kamilah lama menanggung rindu
Barulah kini kita bersua
Anak orang tanh
melayu
Pergi kekampung penyalaian
Mana adik kan kunjung tahu
Saya di aarak perasaian
Rumah sekolah di kampong duku
Tampak nan dari pariaman
Ibu relakan air susu
Untung senang nasib badan
Ramai pekannya kampung kurai
Ramai nan sedang tengah hari
Kaya nan belum saya rasai
Susah berlarut setiap hari
Batu sangkar belantai batu
Parak jua labuh bersilang
Oleh kapal lagi tak lalu
Konon dengan rakit batang pisang
Nana berbaju sutra sisikin
Nan selendang berjahit suji
Air mata selama miskin
Boleh ‘ntuk sumur tempat mandi
Anak orang seberang padang
Sembayang subuh tinggi sehari
Kami sepantun kapal terbang
Habis minyak jatuh kebumi
Panjang jembatan kota setabat
Tonggak terpancang kedalam laut
Sakit orang ada yang mengobat
Sakit hamba semakin larut
Hujan hari rintik rintik
Punai merayap ketepian
Hari apa malah yang baik
Bertambah larut perhatian
Jambak nan jambu di tanam orang
Musang menanam sekali dua
Ayah
dan ibu berang berang
Untung di badan buruk jua
Rumah besar Sembilan ruang
Selajang kuda di tiagan
Botol pecah minyak terbuang
Malu nan sama kita tanggungkan
Nan pitala dan bunga tanjung
Ketiga dengan bunga naya
Bukan salah bunda mengandung
Badan sendiri yang buruk pinta
Orang menghaska kain siskin
Duku terserak di keranjang
Usah di hitung kaya dan miskin
Badan bertemu makanya senang
Orang padang menghela rantai
Rantai di hela tepi muara
Sejak kecil badan merasai
Sudah besar sengsara pula
Anak muda turun kesawah
Padi di tanam orang si cincin
Sedang ‘rang kaya lagi susah
Konon pula hamba orang miskin
Berbelok jalan ke kampong baru
Di tebat labuh bersilang
Bila lapar sabarlah dulu
Nan kandung sedang bertebar
Jauh rimbanya padi jambi
Kareana capa yang berbuah
Jauh ibanya hati kami
Karena kata yang sebuah
Ramai orang di kota padang
Ramai orang setiap hari
Tumbuh ketika bagai sekarang
Badain tidak berguna lagi
Mendaki tilatang kamang
Menurun jalan ke malaka
Tuan di gedung hidup senang
Kami di pondok buruk saja
Merdu suara burung
kutilang
Berbunyi sedang
pukul dua
Andai kata tuan
menjelang
Sedang berurai air
mata
Terbakar mobil sungai rotan
Terbakar tentang kepalanya
Tali kusangka untuk buaian
Gantungan diri malah kiranya
Kota gedang
pengrajin perak
Lurus jalan ke
penyambungan
Orang berkirim
emas perak
Kami berkirim
peruntungan
Jernih danau air toba
Banyak orang berdayung sampan
Orang menghitung rugi laba
Begini benar perasaan
Anak orang pecan
kemis
Nan berjalan
berdua dua
Musim kini
berbilah tangis
Tuan kumpang
enggan pula
Tanah liat berkepiat
Jembatan silang bersilang
Tapi’lah sama tuan liat
Berat ringan pikul seorang
PANTUN
MUDA
PANTUN
PERCERAIAN
Anak ayam makanmengkudu
Menetas di pohonn lada
Menangis hamba sendu sendu
Teringat akan kekasih lama
Ikan tete menyela
todak
Naik sampan turun
perahu
Berhaluan kami
tidak
Angin
berkisar kami tak tau
Sungguh dalam lautan teduh
Kapal berlayar di tengah malam
Luka di tangan boleh sembuh
Luka di hati menaroh dendam
Pucuk pauh selera pauh
Di bawah dari tanah jawa
Adik jauh kakanda jauh
Bila masanya kita bersua
Matahari berdiri tegak
Panas dan terik tidak dirasa
Bukan maksud hamba tak hendak
Harta jualah yang berkuaasa
Di simpai simpai
sarung padang
Di simpai di patut
patut
Kupikir piker
duduk seorang
Rasa’kan keras
kutarik surut
Sapu tangan sudutnya empat
Sepasang dengan selendangnya
Hati ragu takut tak dapat
Melarat badan apa gunanya
Semasa hidup ibu
dan bapa
Terasa senang
lahir dan batin
Sudah terang kita
bersaudara
Keanpa seperti
orang lain
Di tungku air mendidih
Penyeduh kopi tengah malam
Hati kami tsangat sedih
Terasa hiba remuk di dalam
Pisang emas masak di kebun
Ambil pisau di elah tiga
Panas melantak ke ubun ubun
Bawalah tumpang badan hamba
Patipun di landa banjir
Tampak nan dari pariaman
Berpeluh badan dalam air
Sangant menanggung perasaan
Selidik bertali
kuning
Tali pengikat
burung balam
Menangis nasi
dalam piring
Mendengar ratap
tengah malam
Merah merah bunga selasih
Di tanam anak orang jawa
Rela tuan mengasih
Kami menumpang hidup saja
Kalau nak tau di
tanjung sani
Lihatlah pandan
yang berduri
Kalau nak tak tau
di uantung kami
Dapat petang habis
pagi
Kalau nak tau di rumah raja
Lihatlah pandan yang berduri
Kalau nak tau di untung saya
Lihatlah ombak menghempas diri
Kalau nak tau di rumah raja
Lihatlah pandan yang berduri
Kalau nak tau di untung saya
Ibarat
awan petang hari
Kalau nak tau di rumah raja
Lihatlah pandan yang berduri
Kalau nak tau di untung saya
Ibaarat jantung tertusuk duri
Pagi hari pergi
kesaawah
Siang mandi
ketepian
Lihatlah taun
banang basah
Begitu kusutnya
perhatian
Orang memancing ikan si nangis
Di bawa orang pulang petang
Tuan kandung jangan menangis
Nantikan saya selesai berdendang
Raja berdaulat di
pulau sumba
Ulu balangnya
pergi berperang
Gerak alalah di
badan hamba
Beban berat pikul
seorang
Orang singgalang bertegak rumah
Hari nan sedang tengah hari
Ulah asung dan fitnah
Bercerai kasih di buatnya
Orang kurai
bertegak rumah
Rumah tuan malin
deman
Ulah asung dengan
fitnah
Berpisah orang
bertunangan
Beringin di tengah padang
Tumbuh dekat pohon kuini
Oleh hasut fitnah orang
Bercerai orang laki bini
Di batu karang
ombak menghempas
Tentang yang
dangkal menyebrang
Kalau di dunia
balas membalas
Alamat yangburuk
‘kan terbuang
Ke sebrang berdayung rakit
Rakit di dayung kepulau panjang
Jika hidup uanglah sulit
Jika mati amalan kurang
Anak orang sungai puar
Pintar menempa besi berani
Kalau ada sayapku lebar
Tidak kuhuni dunia ini
Anak orang padang si busuk
Kerimba memikat balam
Hati marah boleh di bujuk
Hati iba remukdi dalam
Engkau haji berju jubah
Kerimba berpikat
balam
Pada adik kasihlah
sudah
Bagi kami tambah
mendalam
Ramai pekannya paya kumbuh
Ramai nan sedang tengah hari
Patut benar hati kan rusuh
Begini benar untung diri
Melenguh sapi
belang putung
Tiap kesawah di
bajakan
Menangis si buruk
untung
Tiap bertenggang
‘rang tidakkan
Menanati pukat ‘rang kerinci
Dapat belanak dua dua
Sakit lalu sampai mati
‘lah lapuk niat di atas dunia
Lereng merapi
diatas anadalas
Nampak dari
parakjua
Kalau ingat dulu
pemalas
Sampai tua
menyesal jua
Orang cina berbaju satin
Sudah satin bersulam pula
Awak hina diripun miskin
Sudah miskin melarat pula
Orang cina berbaju
satin
Di jahit benang
suji
Awak hina diripun
miskin
Sudah begitu
banyak yang benci
Dari sampan tebarkan jarring
Jangan menjaring di dalam tebat
Kalau datang ngilu dan pening
Siapa orang akan mengobat
Air bangis di
lingkung sasak
Sasak di lingkung
kota alam
Kami meratap
mencari jejak
Jejak di hapus
hujan malam
Dari sampan tebarkan jarring
Jarring di lempar dengan timahnya
Hamba sedang ngilu dan pening
Tidak ada yang mengobatnya
Pergi menuai berdua dua
Panas memanggang
tengah hari
Hati alangkah
hibanya
‘lah bergenggam
genggam tak jadi
Kalau nak tau di tialatang kamang
Di pecan kamis duduk lurah
Kalak nak tau nasib orang dagang
Sehari senang sehari sususah
Panjang jembatan
muara mahat
Tiang nan dua
masuk laut
Sakit orang ada
berobat
Sakit kami semakin
larut
Orag Bombay menjual susu
Bombay berasal dari medan
Ibu relkan air susu
Jika untung relakan badan
Mati terbunuh ular
tedung
Mati terhampar dirumpun padi
Kaat ramalan
tukang tenung
Untung nan tidak
elok lagi
Anak muda empat sekawan
Berdagang kambing dengan sapi
Karena menenggang hati kawan
Racun di sangka air kopi
Nahkoda bernama
tun armat
Matinya tertimpa
durian
sakit tidak larut
amat
tapi lebih di
ketiduran
semenanjung malaka
pautan kuda nan berantai
bunda kandung bangun segera
dengar imbauan dagai sansei
hilang di mata
tanjing cina
hilang menjelang
tengah hari
sejak kecil badan
sengsara
hidup menangis
tiap hari
tinggi mahkota raja batak
padi tergerai di halaman
pegang petuah banyak banyak
meski bercerai usah lupakan
ramai orang di
simawang
ramai orang pergi
ke pecan
di mana badan tak
tergamang
sedang erat tuan
tinggalkan
Pitalah dan bunga tanjung
Ketiga dengan gunung raja
Tidak salah bunda mengandung
Anak seorang berjalan pula
Pitalah
bunga tanjung
Ketiga
kampong selayar
Bukan
salah bunda mengandung
Anak
seorang pergi berlayar
Hari hujan memakai tudung
Banyak orang duduk di lepau
Tidak salah bunda mengandun
Anak seorang pergi merantau
Terentang
putih riak danau
Meski
tenang beriak jua
Meski
senang tuan rantau
Surat
sepucuk kirimkan jua
Berlayar kapal ke betawi
Hendak menjelang pulau seberang
Jika lama seperti ini
Hidup memanis bersela tenggang
Beradu
salung sama salung
Mainkan
jari semuanya
Beradu ajung
sama ajung
Tersisih saja
badan kita
Masak padi lading rimba
Petik setangkai untuk obat
Dimana hati tidak kan iba
‘lah banyak hutang di perbuat
Mandi ke lubuk
mandalian
Udang di sangka
tali tali
Mabuk untung dan
perasaan
Petang di sangka pagi hari
Kayu besar di atas bukit
Entah berurat entah tidak
Anak dagang terdengar sakit
Entah berobat entah tidak
Ruput
sarut panjang sekali
Pandan
di rimba melandunkan
Sakit
hidup senang lah lagi
Badanlah
penat menanggungkan
Telah masak padi ‘rang kurai
Di sabit ‘ rang kota tua
Banyak masksud ‘rang tidak sampai
Ulah karena miskin jua
Pedati tua di
tarik kerbau
Delman di tarik
oleh kuda
Kalau ralat anak
di rantau
Pesan bunda di
ingat jua
Terentang kawaat di tiangan
Kawat menju ketengah kota
Tidak di harapdengan pkiran
Harapkan badan ingin bersua
Telah
penak kami berbangsi
Hari ‘kan pagi
baru pulang
Telah risau kami
menanti
Orang rantau
cepet pulang
Kalau jadi kawan ke pecan
Tidak mungkin berbalik lagi
Kalau jadi tuan berjalan
Tidak mungkin bersua lagi
Berbelok belok
sungai di garut
Airnya jernih
ikannya jinak
Berangkat tuan
saya menurut
Biarlah tinggal
nasi kumasak
Elok ranahnya batang arau
Tampak nan dari parak tua
Jika senang tuan di rantau
Kami di kampong ingatlah jua
Jika biduk tidak
berkayuh
Alamat karam di
lautan
Jika terinjak
negeri jauh
Orang rantau
punya tanggungan
Jika berbiduk usah berdayung
Jika berdayung badai’kan tiba
Orang di rantau jangan bermenung
Jika bermenung hati kan tiba
Jika dapat
kerambi berteduh
Sya tanam di
bawahbjenjang
Jika tuan
bersungguh sungguh
Gunggunglah
hamba bawa terbang
Berkebaya kerkain panjang
Sudah berkain berbaju pula
Kalau ada umur sama panjang
Bulan puasa bertemu pula
Kerambil setadan
lebat
Berminyak
terngah kuali
Berpesan saya
dalam surat
Orang rantau
pulanglah kini
Orang lintau ke batang sepat
Singgah sebentar kesepian
Orang rantau pulangklah cepat
‘lah rindu kampong menantikan
Ikan emas di
batu karang
Anak biawak di
dalm goa
Hujan emas di
negeri orang
Kampong awak di
kenang jua
Berburu rusa ditengah rimba
Hari senja mandi di kali
Tuan kandung pulang sebentar
Kami di kampong rindu menanti
Anak orang
sungai tenang
Pergi ke pecan
pergi kemiri
Tuan di rantau
terdengar tenang
Bawalah tumpang
badan kami
Sungguhpun benang kami pilin
Untuk menjahit kain sari
Sungguh pun surat kami kirim
Akan ganti nyawa badan diri
Tinggi tinggi
gunung padang
Tinggi menjulang
keudara
Salam manis
‘rang tanah minang
Maaf di minta
sama saudara
Orang padang berbaju satin
Memakai baju lengan panjang
Usah di hitung kaya dan miskin
Badan bertemu makanya senang
Menembak sultan
di haluan
Kena sebelah
kaki babi
Sayangnya kita
berjauhan
Kurang iman
pastilah diri
Ayam terpaut di halaman
Hari nan sedang pukul dua
Segala du’a di jadikan tuhan
Rantau dan kampong sma saja
Pohon keladi
pohon tembakau
Bunga bergerai
kembang petang
Kalau mati tua
di rantau
Nan melarat
terdengar pulang
Kota padang terdengar lenggang
Bagai dikalahkan burung garuda
Orang rantau cepatlah pulang
Di kampong kita kan hari raya
Keraatau di
tengah semak
Urut di makan ikan puyuh
Di rantau
berdansanak
Sakit bersandar
benih kayu
Ramai pekannya subgayang
Ramai nan sedang tehngah hari
Bila jauh dapat di jelang
Nan susah hilang tak bercari
Paduka pilinkan
kawat
Sutra pilinkan
pula
Jika suka
kirimkan surat
Jika tidak
apalah daya
Kalau jadi pandan bergerai
Musih pabila kan berbuku
Kalau jadi badan bercerai
Musin pa bila kan bertemu
Pulau pangan
lautannya dangkal
Tempat bermain
peteng pagi
Jawablah salam
adik nan tinggal
Kanda menrantau
sekarang kini
Pucuk pauh selara pauh
Jatuh berderaiselaranya
Adik jauh kakanda jauh
Jika rindu tangguhkan saja
Anak orang di
batu hampau
Kepekan kesungai
bulluh
Kanda tak usah
ragu ragu
Sungguhpun kita
sangat jauh
Pucuk pauh selera pauh
Ketiga daun giring giring
Kanda jauh adikpun jauh
Dalam surat kita berunding
Pilin berpilin
buah peteni
Berpilin ke
batang jambu
Kirim berkirin kalau
tak sampai
Musim pa bila
kan bertemu
Singkarak kotanya tinggi
Tempat bermain ikan raya
Tuan di rantau pulang kini
Kami berurai air mata
Lebat buahnya
sike duduk
Tumbuh sebatang
di halaman
Bermenung kami
sedang duduk
Ingat badan
berjauhan
Rimbun tumbuh batang pelupuh
Tidak sama si rumpun lalang
Dalam air badan berpeluh
Menanti tuan tak kunjung pulang
Di panjta pinang
berlumut
Di kunyah lembut
berderai
Di lihat gunung
berkabut
Kiranya kasih
kan bercerai
Beringin tanjung ampalu
Akarnya sela menyela
Dibatin saja kita bertemu
Dilahir banyak sengsaranya
Upik bernama
siti syamsiar
Orang ranah
indra pura
Dalam tidur adik
tergambar
Orang rantau
teringat jua
Jika terang cahaya bulan
Lilin padam nyalakan api
Andaikan lama tuan berjalan
Mungkin tertidur kami menanti
Meski tinggi di
panjat jua
Begitu suka akan
durian
Hati harap harap
jua
Rasa kan tiba
perkiriman
Ramailah orang pekan sabtu
Anak muda membeli cempedak
Hangus hati menaggung rindu
Entah bersua entah tidak
Hendak pergi ke
kota padang
Singgah sebentar
beli ketan
Tuan di rantau
baiklah pulang
Di rantau susah
mencari makan
Anak orang dari lintau
Membawa air dari tabung
Besarlah hati orang
Mendengar kabar dari kampung
Tanam cikarau
dalam lading
Ambil selara
junjunganya
Orang rantau
lekaslah pulang
Ranah
tepianmenghimbau jua
Anak orang di deli serdang
Pergi ke pasar berdua dua
Meski elok negri orang
Lihat lihat jua kampong bunda
Anak seberang di
pulau paku
Anak biawak
dalam perigi
Tidak ada orang
seperti aku
Awak datang
kekasih pergi
Pucuk pau selera pauh
Sembilu ledung ledung kan
Adik jauh kakanda jauh
Kalau rindu sama renungkan
Besar airnya
batng kuantan
Hanyut cicin
pakai permata
Terkenang tuan
sedang makan
Jatuh berurai
air mata
Tegenang air di kuantan
Banjirlah suara kiyai maja
Tergamang adik tinggalkan
Di mana lagi tempat bermanja
Penat memancing
ikan si nangis
Ikan tak dapat
seekor jua
Surat ku tulis
sambil menangis
Tinta bercampur
air mata
Mudik perahu kekuantan
Orang membawa nak harimau
Adik teringat di sedang makan
Perut lapar makan tak mau
PANTUN MUDA(perkenalan)
Satu tiga delapan empat
Kalau begitu salah bilangan
Saya cari keliling tempat
Baru sekarang kelihatan
Ramai orang di tengah pecan
Orang muda menjual manggis
Ingin hati mengenal tuan
Siapa gerangan si hitam manis
Tuan soleh kemndur baru
Atap di rumah si berahim
Pilih pilih tuan salah satu
Saying kan baju buang kain
Waktu kecil hidup bermanja
Kalau besar kan susuah nanti
Belum kenal sudah memuja
Apa maksud di dalam hati
Selendang sutra cabik semata
Ikut berjasa di dalam bakit
Bukan hamba mengumbar kata
Memanga tulus di dalam hati
Menghisap candu merem melek
Candu berasal dari sailan
Jangan adik bersangka jelek
Abang hnya ingin kenalan
Candu berasal dari sailan
Membuat badan jadi lemah
Kalau abang ingin kenalan
Silakan saja dating kerumah
Indah telurnya burung jalak
Menetas di dalam peti
Dari jauh tuan’lah gelak
Apa maksu di dalam hati
Mangga muda boleh di petik
Makan sebiji dengan gula
Jika bunga boleh di petik
Ku sunting tinggi di kepala
Pohon beringin tengah negri
Merah sari putiknya
Ingin di bunga suntingan nabi
Bolehkah kami memetiknya
Hitam berkilat kuda belang
Tunggangan anak raja muda
Orang melihat lagi senang
Konon pula orang nan punya
Lihat lihat si kuwayang
Tanam kunyit dengan empunya
Orang melihat lagi senang
Apa bila orang yang punya
Pohon beringin di tanah lapang
Pucuk terjualai di ujungnya
Maksud hati menyunting kembang
Bolehkah kami memetiknya
Dari jepun ke Bandar cina
Iakn belanak dalan ketiding
Bunga kembang siapa punya
Kami ingin hendak menyunting
Lurus jalan ke paying kumbuh
Simpang empat suka menanti
Kalau hati sam sungguh
Kering lautan kita nanti
Anak dagang duduk di lapau
Anak ayam makan di sayak
Niat hati menjelang pulau
Sampan apa pendayung tidak
Anak
musang duduk termenung
Memandang
pisang dimakan tupai
Maksud
hati memeluk gunung
Apa
daya tangan tak sampai
Jika tidak karena bulan
Tidak bintang meninggi hari
Jika tidak karena tuan
Tidak saya datang kemari
Suji suji bunga delima
Penyuji baju sultan batan
Kalu sudi minta terima
Di harap jangan tuan lupakan
Hilir jalan mudikpun jalan
Jalan beraspal tengahnya
Payahlah kami memandang bulan
Bulan pa bila ‘kan jatuhnya
Dari mana hendak kemana
Dari jepun ke Bandar cina
Kalau boleh kami bertanya
Bunga kembang siapa yang punya
Dari jepun ke Bandar cina
Membeli benang dengan kain
Bunga kembang siapa punya
Hendak di petik berilah ijin
Hujanlah
hari rintik rintik
Selat
malak bertambah dalam
Jika
bunga boleh di petik
Kami
persunting siang malam
Hajanlah hari rintik rintik
Basah selendang dia buatnya
Bunga kembenghendak di petik
Ular sanca yang menjaganya
PANTUN ORANG MUDA
PANTUN BERKASIH KASIHAN
Negeri perak bukit tinggi
Mana sama negri prapat
Jika tuan mencari ganti
Cari yang manis kuning langsat
Orang jawa sepindai keris
Ke yogya naik delman
Rasanya dada bagai di iris
Rusaklah badan rusaklah iman
Sang
saka si merah putih
Berkibar
di atas tiang
Sakit
sungguh berayamputih
Sedang
terpaut di sambar elang
Terbang ke kota terbang terkukur
Orang meredang selasihnya
Orang diam di sangka tidur
orang mengenang
kekasihnya
Berlayar
kapal di nan tenang
Tuan
paduka nahkodanya
Elok
katanya terus terangapa
Kalau
tak suka apa gunanya
Kapal berlayar di nan tenang
Syarat muatan buah lada
Dalam makan adik terkenang
Jatuh berurai air mata
Kapal berlayar di nan tenang
Muaatan syarat buah kepayang
Dalam makan adik terkenang
Perut lapar menjadi kenyang
Berlari lari bukanlah kijang
Pandan tersandar di rumpunnya
Berbunyi bunyi bukanlah girang
Badan terkenang kekasihnya
Pepat bilah jadi seligi
Benang sutra dari seberang
Penat saja dinda menanti
Kanda kawin di rantau orang
Putus tali jala jematung
Cempedak buah papaya
Putus tali tempat bergantung
Orang tak hendak apalah daya
No comments:
Post a Comment